Rabu, 07 Mei 2014

INDUSTRIALIZED BUILDING SYSTEM (IBS)


         Sekedar sharing nih buat sob-sob calon engineer sipil, sesekali kita perlu lho berfikir global mengenai dunia konstruksi. Di era yang serba canggih dan cepat seperti sekarang ini, bukan tidak mungkin bahwa suatu saat nanti dunia konstruksi tidak memerlukan lagi tenaga konvensional di lapangan, dan bisa jadi tenaga yang diperlukan hanyalah tenaga professional dan mesin-mesin canggih. Masih ingat mainan kita sewaktu kecil ada rumah yang bisa di bongkar dan pasang kembali? 

Mainan "Bongkar Pasang"

         Nah kalau didunia konstruksi “bongkar-pasang” rumah gitu dikenal dengan sebutan IBS. IBS merupakan salah satu materi kuliah saya sewaktu belajar di salah satu universitas di negera tetangga. Industrialized Building System merupakan suatu metode konstruksi dimana elemen struktur dan atau non struktur bangunan di buat di pabrik sehingga pemasangannya di lapangan memerlukan proses controlling & monitoring yang baik. Ada banyak tipe IBS yang sudah ada, diantaranya:

* Formwork System

* Metal Framing System


* Prefabricated Timber Framing System

  * Blockwork system

* Precast Concrete – Framing, panel, box
1. Precast Concrete Frame
Merupakan frame bangunan yang terbuat dari beton pracetak, dapat berupa kolom, balok, dll. Frame telah mencakup structural & decorative design requirements. Sambungan yang dapat digunakan Antara lain dengan sambungan baut, sambungan las, dowel, serta grouting. 




2. Precast Concrete Wall


Dinding beton pracetak dapat digunakan sebagai dinding dalam maupun dinding luar (internal & external walls). Pada proyek konstruksi di Malaysia, dinding pracetak dapat digunakan baik untuk apartemen maupun rumah tinggal biasa. Dinding precast dapat sebagai dinding penahan beban (load bearing) maupun hanya sebagai dinding partisi (tanpa menahan beban). Permukaan dinding dapat berbentuk rata (flat) dan dapat pula ditambah architectural features seperti pintu, jendela, ventilasi, dll. Kemudahan yang didapatkan dari penggunaan dinding pracetak ini diantaranya kecepatan pengerjaan, isolasi suara (acoustic insulation), lebih tahan api (fire resistance), dan permukaan dinding yang halus pada kedua sisi (dalam dan luar) menjadikan dinding siap untuk langsung di cat atau ditempel wallpaper.  



3. Precast Concrete Floor

Keuntungan utama penggunaan lantai beton pracetak adalah kecepatan pemasangan, kontrol kualitas yang terjamin, mepunyai banyak tipe yang sesuai dengan kebutuhan, serta memiliki bentang panjang dan kapasitas yang besar (kalau yang ini biasanya untuk slab jembatan).  


4. Precast Concrete Stairs
Tangga beton pracetak pun telah ada. Gambarnya seperti disamping ini, dan detailnya dapat dilihat dibawah. Nah keuntungan memakai tangga ini masih menitikberatkan pada kecepatan konstruksi dan meminimalisir jumlah pekerja.



Lalu… mungkin sekarang timbul pertanyaan, “Lalu bagaimana cara pemasangannya??”

Jadi metode untuk menyambungkan precast concrete member tadi sudah sempat disinggung, namun untuk pembahasan kali ini akan dijelaskan dua cara penyambungan yakni dengan weld plates (las) dan grouting.

1. Weld Plates 

Metode ini menggunakan plat baja yang disambung dengan menggunakan las, susunan elemennya bisa dilihat pada gambar diatas. Metode inilah yang paling sering digunakan. Secara umum precast member memiliki plat baja penempel (embedded plates) yang digunakan sebagai permukaan pengelas penyambung.
2. Rebar and Grout

Untuk penyambungan slab beton biasanya metode yang digunakan adalah rebar and grout. Metode ini digunakan untuk penyambung pelat lantai (slab) dengan balok yang berada di bawahnya. Konsepnya adalah dengan memberi baja tulangan (reinforced bars/ rebar) pada slab dan space yang ada diisi oleh spesi.

Kalau mau liat animasinya bisa tengok video di bawah ini sob, 2 menit doang kok..

Oke mungkin sekian dulu postingan kali ini sob, pada postingan selanjutnya akan dibahas lagi mengenai konsep selanjutnya dari IBS yakni Konsep Buildability *nah apalagi tuh*. Akhir kata, makasih udah mampir, karena saya masih blogger pemula silahkan tinggalkan krisan (kritik & saran) ya sob. 
Salam civil engineer…

Sumber: materi kuliah IBS Dr. Khairunnisa, Faculty Civil Engineering & Earth Resources, University Malaysia Pahang

Kamis, 06 Maret 2014

Teknik Lalu Lintas

BAB I
PENDAHULUAN

I.     PENGERTIAN LALU LINTAS
Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas. Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas., prioritas menggunakan jalan, lajur, serta jalur lalu lintas, dan pengendalian arus di persimpangan.


II.   MANAJEMEN LALU LINTAS
Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain dengan :
a. usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan jaringan jalan;
b. pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu;
c. penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda;
d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan perintah bagi pemakai jalan.

III.  KEGIATAN PERENCANAAN LALU LINTAS
Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan. penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam menentukan tingkat pelayanan yang diinginkan dilakukan antara lain dengan memperhatikan : rencana umum jaringan transportasi jalan; peranan, kapasitas, dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas, aspek lingkungan, aspek sosial dan ekonomi.penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas, penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya.
Maksud rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi: penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan ditetapkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu rambu lalu lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat pengendali dan pengaman pemakai jalan; usulan kegiatan atau tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada masyarakat.

IV. KEGIATAN PENGATURAN LALU LINTAS
Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu. termasuk dalam pengertian penetapan kebijaksanaan lalu lintas dalam ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan maksimum dan/atau minimum, larangan penggunaan jalan, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.

V. KEGIATAN PENGAWASAN LALU LINTAS
  1. Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Kegiatan pemantauan dan penilaian dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dari kebijaksanaan-kebijaksanaaan tersebut untuk mendukung pencapaian tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk dalam kegiatan pemanatauan antara lain meliputi inventarisasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu lintas yang berlaku pada ruas jalan, jumlah pelanggaran dan tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas pelanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan penilaian antara lain meliputi penentuan kriteria penilaian, analisis tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan perbaikan.
  2. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk dalam tindakan korektif adalah peninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila di dalam pelaksanaannya menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.
VI. KEGIATAN PENGENDALIAN LALU LINTAS
  1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Pemberian arahan dan petunjuk dalam ketentuan ini berupa penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk keperluan pelaksanaan manajemen lalu lintas, dengan maksud agar diperoleh keseragaman dalam pelaksanaannya serta dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan.
  2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.


BAB II
ISI

I.  PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS BERSINYAL
Karakteristik utama dari transportasi jalan ialah bahwa setiap pengemudi bebas untuk memilih rutenya sendiri di dalam jaringan transportasi yang ada, dan karena itu perlu disediakan persimpangan-persimpangan untuk menjamin aman dan efisiennya arus lalu lintas yang hendak pindah dari satu ruas ke ruas jalan lainnya. Persimpangan jalan terdiri dari dua kategori utama: persimpangan sebidang dan persimpangan tak sebidang (sering disebut interchange). Persimpangan sebidang adalah persimpangan di mana berbagai jalan atau ujung masuk persimpangan mengarahkan lalu lintas masuk ke jalur yaang dapat berlawanan dengan lalu lintas lainnya, seperti misalnya persimpangan pada jalan-jalan di kota. Sebaliknya, persimpangan tak sebidang memisah-misahkan lalu lintas pada jalur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga persimpangan jalur dari kendaraan-kendaraan hanya terjadi pada tempat di mana kendaraan-kendaraan memisah dari atau bergabung menjadi satu pada jalur gerak yang sama (Morlok, 1978).
Simpang adalah suatu daerah umum dimana dua ruas jalan atau lebih bergabung atau berpotongan, termasuk fasilitas yang ada disekitar jalan untuk pergerakan lalu lintas dalam daerah tersebut. Simpang merupakan yang terpenting dari jalan perkotaan sebab sebagian besar efisiensi keamanan, kecepatan, biaya operasional dan kapasitas lalu lintas tergantung pada perencanaan simpang. Setiap simpang mencakup pergerakan lalu lintas menerus dan lalu lintas yang saling memotong pada satu atau lebih dari kaki simpang dan mencakup juga pergerakan perputaran. Pergerakan lalu lintas ini dikendalikan dengan cara bergantung pada jenis simpang. Simpang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu simpang tak terkontrol dan simpang terkontrol. (Oglesby dan Hick: 1993)
1. Simpang bersinyal
Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna (hijau, kuning, merah) diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan dalam dimensi waktu. Hal ini adalah keperluan yang mutlak bagi gerakan-gerakan lalu lintas yang datang dari jalan-jalan yang saling berpotongan = konflik-konflik utama. Sinyal-sinyal juga dapat digunakan untuk memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas melawan, atau untuk memisahkan gerakan lalu lintas membelok dari pejalan kaki yang menyeberang = konflik-konflik kedua.(Directorate of Urban Road Development: 1997).
2. Simpang Tak bersinyal
Menurut Directorate of Urban Road Development (1997), ukuran-ukuran kinerja simpang tak bersinyal diperkirakan untuk kondisi tertentu sehubungan dengan geometrik, lingkungan dan lalulintas, meliputi: kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian. Metode dalam kajian ini menganggap bahwa simpang jalan berpotongan tegak lurus dan terletak pada medan yang datar dan berlaku untuk derajat kejenuhan kurang dari 0,8 – 0,9. Simpang yang dikaji adalah simpang tak bersinyal yang terdiri dari 3 dan 4 lengan, yang masing-masing meliputi jalan utama dan jalan simpang.

II. PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS BERSINYAL DI YOGYAKARTA
Directorate of Urban Road Development (1997) menjelaskan bahwa pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu atau lebih dari alasan berikut:
-    untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas, sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak.
-    untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk /memotong jalan utama.
-    untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan-kendaraan dari arah yang berlawanan.

A. PERTIGAAN/ SIMPANG TIGA

Ø  Lokasi                                     : Daerah Baciro
Ø  Ketinggian gambar                  : 404 m
Ø  Koordinat                                : 7o 47’ 87” S 1100 22’ 59.79”T
Ø  Sumber                                    : Aplikasi Google Earth
Ø  Jalan yang melalui pertigaan   :
a.       Sebelah Utara              : Jalan Kenari
b.      Sebelah Timur             : Jalan Kenanga
c.       Sebelah Barat              : Jalan Kenanga
Ø  Keterangan                              :
Pada pertigaan jalan ini, pengaturan lalu lintasnya adalah dengan simpang tak bersinyal. Hal ini disebabkan karena arus kendaraan yang lewat di jalan ini sangat kecil, sehingga tidak diperlukan adanya traffic light, cukup dengan rambu saja.

Ø  Solusi                          :
·           Perbaikan secara geometri, termasuk jarak pandangan
·           Perbaikan rambu dan marka
·           Pengaturan ruang sekitarnya: PKL
·           Pembuatan pulau lalulintas
·           Pembuatan median
·           Peningkatan lebar jalan

B. PEREMPATAN/ SIMPANG EMPAT

Ø  Lokasi                                     : Daerah Sewon, Bantul, Yogyakarta
Ø  Ketinggian gambar                  : 582 m
Ø  Koordinat                                : 7o 50’ 7,18” S 1100 21’ 94”T
Ø  Sumber                                    : Aplikasi Google Earth
Ø  Jalan yang melalui perempatan:
a.       Sebelah Utara                   : Sewon
b.      Sebelah Timur                  : Jalan Ring Road Selatan
c.       Sebelah Selatan                : Jalan Parangtritis
d.      Sebelah Barat                   : Jalan Ring Road Selatan
Ø  Keterangan                              :
Pada perempatan ini, digunakan pengaturan lalu lintas simpang bersinyal. Pengaturan sinyal mempunyai dampak positif, diantaranya:
·           Keamanan/keselamatan lalu lintas
·           Kapasitas jalan
·           Ekonomi
·           Lingkungan
Ø  Solusi                                      :
Pada perempatan simpang bersinyal ini, saya rasa sudah cukup baik. Untuk arus yang lumayan padat yang melewati perempatan jalan ini, memang seharusnya dibuat simpang bersinyal dengan traffic light.

C. PERLIMAAN/ SIMPANG LIMA

Ø  Lokasi                                     : Perlimaan Terminal Giwangan, Yogyakarta
Ø  Ketinggian gambar                  : 682 m
Ø  Koordinat                                : 7o 50’ 41” S 1100 23’ 31.22”T
Ø  Sumber                                    : Aplikasi Google Earth
Ø  Jalan yang melalui perlimaan:
Sebelah Utara              : Jalan Imogiri Timur
Sebelah Timur Laut     : Jalan Kyai Gunomiri
Sebelah Selatan           : Jalan Imogiri Timur
Sebelah Timur             : Jalan Ringroad Selatan
Sebelah Barat Laut     : Jalan Ringroad Selatan
Ø  Keterangan                              :
Pada perlimaan ini digunakan simpang bersinyal karena digolongkan ke dalam simpang dengan arus lalu lintas agak tinggi. Jika arus lalu lintas di perlimaan ini berangsur naik menjadi arus tinggi, maka bundaran bersinyal merupakan saran saya untuk dapat mengatasi masalah lalu lintas di perlimaan ini.
  
BAB III
PENUTUP

I.          KESIMPULAN
            Simpang adalah suatu daerah umum dimana dua ruas jalan atau lebih bergabung atau berpotongan, termasuk fasilitas yang ada disekitar jalan untuk pergerakan lalu lintas dalam daerah tersebut. Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna (hijau, kuning, merah) diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan dalam dimensi waktu. Menurut Directorate of Urban Road Development (1997), ukuran-ukuran kinerja simpang tak bersinyal diperkirakan untuk kondisi tertentu sehubungan dengan geometrik, lingkungan dan lalulintas, meliputi: kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian.

II. REFRENSI

CIVIL HARUS TAU…

MENGENAL STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN


Menurut Wikipedia, konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, konstruksi struktur bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan. contoh lain: Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Bendung, dan lain lain.


Gambar 1. Konstruksi Jalan Raya

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya). Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda. Sedangkan struktur bangunan gedung merupakan oganisasi daripada elemen-elemen ataupun komponen-komponen bangunan yang mendukung dapat berfungsinya bangunan gedung dengan baik. Sistem struktur adalah bentuk organisasi daripada elemen-elemen struktur yang ditujukan untuk menyalurkan beban secara karakteristik.
Menurut sistem penyaluran bebannya struktur bangunan gedung dibagi menjadi struktur utama dan struktur pendukung. Struktur utama adalah organisasi dari elemen-elemen ataupun komponen-komponen bangunan yang menyalurkan beban ketanah dan tanpa adanya struktur ini bangunan tidak dapat berfungsi dengan baik. Struktur pendukung adalah susunan elemen-elemen ataupun komponen bangunan yang mendukung struktur utama supaya dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.

                 Gambar 2. Kolom sebagai Salah Satu Struktur Utama Bangunan

Bagian utama suatu konstruksi bangunan adalah pondasi, kolom, serta balok. Elemen-elemen tersebut dapat dikatakan sebagai elemen primer dalam suatu konstruksi bangunan. Pondasi merupakan elemen bangunan yang harus benar-benar diperhatikan, baik dalam perencanaan maupun dalam pengerjaannya, karena pondasi berfungsi sebagai penerus beban dari struktur menuju tanah dibawahnya. Berbagai kegagalan suatu bangunan dapat diakibatkan oleh struktur pondasi yang tidak sesuai. Berikut video mengenai proses konstruksi pondasi sederhana.




Sekian dulu pembahasan kali ini, semoga bermanfaat. Mari belajar bersama..